Pages

Thursday, March 31, 2011

Sesama muslim itu bersaudara, muslim Indonesia dan Malaysia bagaimana?

Saya ada mengikuti sebuah blog pribadi orang. Awalanya saya ikut karena saya membeli Used Breastpump kat blog itu. Pada akhirnya saya masukkan jugalah dalam blog list yang yang follow. Hari ini saya membaca satu entry dari blog tersebut dan menemukan kalimat yang sangat saya tidak suka berkaitan dengan hubungan Indonesia-Malaysia. Entry beliau adalah mengenai tarian poco-poco yang baru-baru ini diharamkan oleh mufti Perak. Beliau mengaitkan asal poco-poco yang dari Indonesia. Salah satunya kalimat yang saya tidak suka adalah:

"Dari dulu saya memang tak berminat nak berpoco-poco. Maaf cakap, sangat keindonan"

"Saya tak 'port' tentang pengharaman poco-poco sebab saya tak terlibat langsung dengan aktiviti ala indon ni. Kalau dah namanya aktiviti seberang, bila saya join sama nanti saya pun nampak macam org seberang. Ai tak rela!"

Dalam entry tersebut, seolah-olah beliau menganggap orang Indon ini bermartabat rendah dan tak bermartabat tinggi seperti dia. Jadi dia pun tidak mau terlihat seperti orang Indon. Kalau membaca kalimat-kalimat yang lain dalam entry beliau, isinya kurang lebih sama dengan inti kalimat di atas.

Saya benar-benar merasa sangat sedih membaca entry tersebut. Indonesia dan Malaysia adalah satu rumpun, kebanyakan penduduknya adalah muslim. Melayu di indonesia dan melayu di malaysia mempunyai ikatan yang sangat kuat di masa lalu. Tapi mengapa sekarang ini seolah-olah Indonesia-Melayu menjadi musuh? Kita sama-sama muslim, ingatlah bahwa sesama muslim kita bersaudara. Dari negara manapun kita, suku apapun kita, kalau sudah sama-sama muslim, berarti kita bersaudara. Sesama saudara hendaklah saling menghormati, menyayangi dan mencintai. Tapi sekarang ini yang terjadi malah sebaliknya, sesama muslim saling mengejek, merendahkan, berperang hanya karena berbeda negara, berbeda partai politik, berbeda suku dan sebagainya.

Saya tau, kebanyakan orang di malaysia ini, terutamalah yang mempunyai pembantu dari indonesia, kemudian secara generalisasi, mereka menganggap semua orang indonesia sama bodohnya, kolotnya, kampungannya, malu-maluinnya seperti pembantu mereka. Oh, orang yang berpikiran seperti itu hanyalah orang bodoh, yang berpikiran sempit dan tidak berpendidikan. Sama seperti orang yang membuat asumsi atau generalisasi yang mengatakan semua orang melayu MALAS.

Sungguh saya sangat sedih sekali bila bejumpa dengan orang malaysia yang bersikap seperti itu. Melayu islam sekarang tidak mau terlihat seperti orang Indon tapi nak dan bangga sangat terlihat seperti orang Western yang bukan melayu bahkan bukan islam.

Tapi alhamdulillah, tidak semua orang melayu di malaysia yang bersikap seperti itu. Banyak juga saya menemui orang melayu malaysia yang tidak berpikiran sempit seperti itu. Kebanyakannya adalah orang melayu malaysia yang sering terlibat kontak atau bergaul dengan orang di luar malaysia. Atau yang pernah tinggal di Indonesia/luar negeri lainnya yang berteman dan bersosialisasi dengan orang selain orang malaysia. Seperti mahasiswa malaysia yang berteman dengan mahasiswa dari indonesia yang belajar di malaysia, saya dapati mereka mempunyai pikiran lebih maju dari pada orang melayu malaysia yang tidak bernah berteman, bersosialisasi dengan orang indonesia. itu dari pengalaman saya kuliah di University Islam Antarabangsa (UIA) dan mempunyai banyak kawan melayu malaysia.

Pernah juga saya mempunyai seorang dosen melayu yang mengajar Bahasa Melayu di UIA khusus untuk melayu Indonesia, Singapura dan Brunei. Beliau dengan terus terang berkata dengan kami, setelah beberapa lama beliau mengajar bahasa melayu untuk mahasiswa Indonesia, Singapura dan Brunei, beliau baru melihat sisi lain dari orang indonesia, selama ini beliau melihat citra orang indonesia melalui citra pembantu rumah. Tapi di UIA, beliau melihat citra orang indonesia yang berpendidikan dan bersopan santun. Beliau mengatakan, bahwa beda sekali penampilan dan perwatakan orang indonesia yang beliau jumpai di luar (pembantu rumah, pekerja kontrak, kilang) dan mahasiswa di UIA. Logika ya tentu saja berbeda, mereka yang bekerja di malaysia sebagai pembantu rumah dan pekerja kilang, mereka tidak mempunyai pendidikan tinggi bahkan mereka tidak pernah sekolah dan mereka kebayakannya tinggal di kawasan pedesaan pedalaman yang bahkan listrik pun tidak ada, sehingga hanya lapangan kerja seperti pembantu rumah dan kilang saja yang bisa mereka dapatkan. Tapi bagi orang malayu malaysia yang tidak pernah bergaul dengan kalangan orang indonesia yang berpendidikan, mereka langsung membuat generalisasi yang mengatakan bahwa orang indonesia itu ya seperti pembantu rumah mereka.

Ah sudah cukup lah saya merepet di sini, sungguh saya sangat sedih sekali. Tapi ya begitulah sifat manusia yang bermacam-macam..... Begitulah tipikal orang indonesia di kebanyakan mata orang melayu malaysia akibat banyaknya pengiriman TKW dan TKI ke malaysia.

Btw, karena begitu sedihnya saya membaca entry blogger tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk remove blog beliau dari blog saya..........

0 comments: