Pages

Friday, June 7, 2013

Potty Chair atau Potty Seat

Aku harus menemani Rayyan buang air besar di kamar mandi di saat Rayyan sudah mulai berhasil toilet training. Kloset yang ada di rumah kami adalah untuk ukuran dewasa sehingga aku harus memegang tangan Rayyan selama proses di kamar mandi berlangsung. Tiap orang tua yang melalui proses ini pasti bisa merasakan apa yang aku lalui. Si anak malah mengajak ngobrol sedangkan kita sebenarnya kalau bisa pake masker dan kunci mulut. Jadi apa anda bisa membayangkan untuk melakukannya setiap hari minimal sekali? Ah, kalau sudah namanya demi anak, semua pun mau tak mau harus dilakukan.

Aku pernah melihat kloset khusus anak-anak di sekolah Rayyan. Tapi rasanya tindakan drastis sekali kalau harus membuat kloset khusus untuk Rayyan, di rumah sewa lah lagi. Saat itu aku masih berusaha bertahan dengan proses di atas. Sekitar akhir bulan Mei, menjelang 1 bulan Rayyan mulai bebas pamper, aku merasa kalau aku harus membeli semacam tempat kloset khusus anak-anak yang dipakai dengan cara hanya meletakkannya di atas kloset dewasa. Untuk ini, kita harus menggunakan toilet duduk. Saat ini aku masih belum tau apa lah istilah yang digunakan untuk produk ini. Menggunakan Google untuk mencari barang memang sangat berguna sekali. Ternyata ada berbagai macam bentuk untuk Potty Chair/Seat ini. Dari yang harganya fantastis sampailah yang murah meriah. Ada yang bentuknya seperti kloset pribadi si anak yang portable lengkap dengan berbagai aksesoris mainan yang menarik. Aku tetap pada pilihan awal yaitu mencari Potty chair/seat yang pemakaiannya dengan hanya meletakkannya diatas kloset duduk dewasa. Alasan utama tentu saja karena aku tidak mau harus repot-repot membersihkan dan membuang kotorannya ke kloset. Sampai akhirnya aku menemukan produk yang termurah dan aku rasa berkualitas juga lah. Produk buatan Malaysia dengan merek My Dear. Harganya pun terjangkau yaitu sekitar RM30 sahaja. Gambarnya seperti di bawah sebagaimana gambar yang aku ambil di websitenya My Dear. Aku membelikan yang warna biru untuk Rayyan.

Potty chair/seat jenis ini sangat layak dicoba. Cara pemakaiannya sangat mudah sekali dan tidak perlu repot-repot membersihkan kotorannya karena langsung jatuh di klosetnya kan.

Wednesday, June 5, 2013

Tercapai Juga Target Bunda Rayyan: diaper-free

Bulan Mei 2013 menjadi bulan yang sangat penting bagi perkembangan Rayyan. Rayyan pada akhirnya bisa bebas 99 persen dari pampers. Jadi aku bela-belain lah untuk menulisnya di blog. Tujuan awalnya adalah supaya menjadi catatan pribadi perkembangan anak. Ketika 5 atau 10 tahun lagi ada yang menanyakan umur Rayyan saat bebas dari pampers, aku bisa mengeceknya di blog ini karena aku pasti lupa. Jangan ditanya bagaimana tips dan caranya supaya anak bisa bebas pampers karena cara aku mungkin tidak terlalu berhasil. Tidak ada istilahnya sekali coba training kemudian Rayyan langsung bisa bebas dari pampers karena proses yang aku lakukan sangat panjang. Aku mencoba sampai 4 atau 5 kali tolet training sampai akhirnya berhasil. Percobaan pertama sampai yang ke empat, tidak berhasil karena Rayyan belum bisa mengatakan langsung ketika dia mau pipis atau buang air besar. Setelah pipis atau buang air besarnya keluar, baru dia lapor. Aku sempat frustasi dan bertanya-tanya kok Rayyan masih belum bisa membaca tanda-tanda akan pipis atau buang air besar di badannya. Kalau untuk aku jaga waktu pipisnya, misalnya setiap setengah jam atau satu jam sekali, selalu rutin dibawa ke kamar mandi, tidak ada masalah kebocoran alias pipis di celana. Tapi kalau akunya lalai saja sedikit, sudah pasti bocor. Oleh karena itu aku sangat bersyukur sekali pada akhirnya Rayyan bisa lulus toilet training.

Target aku adalah supaya Rayyan bisa bebas dari pampers sebelum ukuran pampersnya naik menjadi XXL. Alhamdulillah target bundanya tercapai. Ada cerita lucu mengenai target tersebut. Sebenarnya target tersebut hampir saja gagal karena aku berniat untuk membeli stok pampers XXL untuk Rayyan selama bulan Mei. Ceritanya sih aku sudah putus asa dan menyerah kalah dengan target awal. Berhubung pampers XLnya sudah mulai sempit, aku mau langsung membelikan ukuran XXL. Target itu jadi bisa tercapai karena si Ayah salah membeli ukuran pampers pesananku. Walaupun aku sudah bilang untuk membeli ukuran XXL, tapi si ayah malah tetap membeli ukuran XL. Awalnya niat mau tukar tapi berhubung stok pampers di rumah sudah tidak ada lagi dan aku juga malas harus kembali ke toko tempat beli, jadi aku putuskan untuk tetap pakai ukuran XL di bulan Mei. Pada bulan Mei ini, Rayyan sempat sakit demam lumayan parah sehingga tidak masuk sekolah selama seminggu lebih. Masa seminggu ini lah aku manfaatkan untuk kembali melakukan toilet training kepada Rayyan dan alhamdulillah berhasil. Awal-awalnya masih ada kebocoran baik di rumah atau di sekolah terutama untuk buang air besarnya. Tapi alhamdulillah, di awal bulan Juni ini, jumlah kebocoran pipis atau buang air besar baik di sekolah atau di rumah semakin menurun bahkan hampir tidak ada.

Pamper freenya masih 99 persen karena aku masih belum melakukan toilet training untuk tidur malam. Pada waktu malam, aku memang sengaja untuk tidak memakaikan pampers. Untuk menghindari bau pesing dikala ngompol, aku meletakan perlak anti bocor di kasur Rayyan. Baik aku dan Ayah Rayyan masih belum sanggup bangun di tengah malam untuk mengajak Rayyan pipis. Jadi ya untuk waktu tidur malam, kami biarkan saja Rayyan tanpa pampers dan merasakan sendiri ngompol. Yang paling penting, sebelum tidur kami mengajak Rayyan ke kamar mandi untuk pipis. Selama ini, kadang-kadang Rayyan ngompol dan kadang-kadang juga malah tidak ngompol. Jadi ya untuk waktu malam, kami melatih Rayyan secara pelan-pelan saja.

Tidak ada yang istimewa mengenai cara toilet training yang aku lakukan. Cara standard yang dilakukan para orang tua yang bisa kita dapatkan di internet kalau kita mengetik kalimat "toilet training". Pada awalnya, kita akan bawa si anak ke kamar mandi setiap setengah jam atau satu jam sekali atau bahkan 15  menit sekali, tergantung kuantiti pipisnya si anak. Kemudian ditambah lagi, mungkin setiap dua jam. Pokoknya si orang tua harus konsisten dengan jadwal yang ditetapkan. Kalau si anak sudah ada tanda-tanda mengejan mau buang air besar, segera dibawa ke kamar mandi dan didudukkan di kloset. Si orang tua tidak boleh lengah sama sekali. Siapkan 2-3 hari yang orang tua tidak melakukan kegiatan apapun selain toilet training. Kalau belum berhasil, dicoba lagi terus. Rasanya cara toilet training pada dasarnya seperti itu. Kemudian ditambah dengan kreativitas si orang tau dan tips-tips lainnya. Jadi, cara tersebut diatas aku lakukan sekitar 2-3 kali. Setiap sesi bisa sampai 1-2 minggu lamanya. Ternyata saat itu masih belum berhasil karena Rayyan belum dapat juga reflek untuk mengatakan mau pipis atau buang air besar kepadaku sebelum si pipis atau buang air besarnya keluar. Seperti yang aku bilang diatas, pas cara terakhir ini lah baru berhasil. Pertama kalinya di cara terakhir ini, Rayyan sudah bisa bilang ke aku kalau dia mau pipis dan pipisnya belum keluar.

Aku tulis pengalaman toilet training Rayyan supaya aku dan keluargaku kelak bisa kembali mengenangnya denagn membaca tulisan ini. Tanpa dicatat seperti ini, aku pasti akan lupa atau hanya ingat secara samar-samar....