Pages

Monday, October 30, 2017

Outing with My Two and Half Year Old Adorable Son

Di posting sebelumnya, aku ada bercerita dengan perjalananku ke AEON Wangsamaju bersama Zafir demi sebuah Garlic Press. Kali ini aku ingin bercerita tentang pengalaman mengajak Zafir menemaniku berbelanja. Zafir, diumurnya yang dua setengah tahun, adalah anak yang sangat aktif dan sangat cerewet. Dia sudah pandai berbicara sebelum umurnya genap 2 tahun. Saat ini, dia sudah bisa berkomentar tentang segala hal. Dia biasa diajak berbicara tentang apa saja. Dari segi aktif, dia sangat berbeda sekali dengan abangnya. Rayyan saat seumur itu, anak yang sangat diam saat berada di tempat umum. Apalagi Rayyan baru bisa berbicara itu di umur 4 tahun. Sedangkan Zafir, sangat aktif dan lasak di tempat umum. Dia bahkan sudah berani tidur atau baring di lantai mall kalau keinginannya tidak dituruti. Ntah dimana dia belajar atau melihat hal seperti itu. Persis deh seperti gambar-gambar atau video anak bule tantrum di tempat umum dengan berbaring di lantai.

Pengalaman hanya berdua dengan Zafir di AEON merupakan sebuah hal baru untuk aku. Zafir itu aman kalau digendong. Tapi aku juga tidak sanggup untuk terus-terusan menggendong dia. Dia pun juga tidak mau digendong terus-terusan. Ketika sampai di AEON, kami singgah di kedai pertama yaitu kedai sepatu BATA. Zafir masih behave. Yang lucunya, saat aku sedang melihat-lihat sandal, dia tidak henti-hentinya berbicara seperti sales boy yang sedang promosi sandal. Dia menunjukan sandal satu persatu sambil menanyakan ke aku apakah aku suka dan mau beli sandal ini. Ketika aku mencoba sebuah sandal, dia pun ikut berkomentar, "Bunda suka kasut itu? Kenapa Bunda tidak suka kasut yang ini?" Ketika aku meminta ukuran sandal ke seorang sales girl, sales girl itu pun kembali dengan mengatakan kalau ukuran yang aku mau tidak ada. Zafir pun dengan sibuknya bertanya, "Kenapa Bunda? Kok tidak jadi beli sandal yang itu?" Aku pun menjawab kalau ukuran sandal untukku tidak ada. Dia pun bertanya lagi dengan nada tidak mengerti, "Apa? Sandal bunda tak ada? kenapa?" Aku hanya tertawa saja mendengarnya sambil menjawab, "Iya". Aku pun melihat-lihat sandal yang lain. Ketika melihat sebuah sandal yang aku suka, aku iseng menanyakan ke Zafir, "sandal ini cantik ga, adik?" Eh, dia dengan santainya menjawab, "Cantik, Bunda". Aku hanya tertawa kecil melihat kecerewetan dia. Sebuah  pengalaman lucu deh belanja sandal dengan Zafir.

Setelah selesai mencari sandal, kedai selanjutnya yang kami jumpai adalah Guardian, sebuah drugstore yang menjual segala alat mandi, kecantikan, obat, multivitamin, toiletries, etc. Aku mau membeli nail polish removal. Lorong-lorong kedainya agak kecil jadinya aku khawatir melepas Zafir. Jadi Zafir pun aku gendong. Aku langsung menuju bagian Nail polish. Ada dua jenis, yang wana pink dan biru. Aku pun mengambil yang warna Pink. Zafir pun berkomentar, "Kenapa bunda ambil yang pink, kenapa ga blue?" Aku pun mengambil sebuah nail polish warna transparan. Kemudian langsung ke kasir. Belanjaan sandal aku taruh di lantai dan zafir aku turunkan. Saat sedang bayar, Zafir malah membongkar kotak sandalku. Aduh! tapi aku biarkan karena aku sedang dalam proses membayar. Setelah bayar, baru aku mundur sedikit untuk membereskan kotak sandalku yang sudah dibongkar.

Dari Guardian, aku langsung segera ke AEON bagian pernak- pernik dapur. Kali ini aku gendong Zafir dan tidak mau mebiarkan dia jalan sendiri. Di bagian dapar kan, banyak alat-alat pecah belah seperti gelas dan piring. Seram rasanya membayangkan Zafir lari-lari di situ. Setelah mendapat barang yg aku cari, aku pun langsung ke kasir dan membayar. dan aku pun langsung keluar dari situ sebelum Zafir minta turun dari gendongan.

Penjalanan berikutnya adalah untuk makan. Awalnya aku mau makan di Food Courtnya aja deh. Tapi pada saat melihat-liat setiap food stall. Zafir makin mengganas. Dia tidak mau aku gendong. Di tempat ramai seperti itu, dengan anak yang sedang meronta-ronta ingin turun, aku pun memutuskan untuk segera berlalu keluar sebelum stress duluan. Tidak bisa nih makan di sini dengan Zafir. Akhirnya aku memutuskan makan di Kenny Rogers. Tempatnya luas dan sedang tidak ramai orang. Di situ Zafir bisa aku lepas tanpa takut dia pergi jauh-jauh. Sengaja aku pilih meja yang besar supaya Zafir bisa bebas pindah-pindah duduk. Mejanya itu perpaduan dari tepat duduk sofa dan kursi. Aku duduk di kursi dan sofa letter U itu khusus untuk Zafir. Demi untuk kenyaman lebih, kita pun harus membayar lebih. Kalau di Food Court tadi, bisa huru-hara dengan Zafir yang tidak mau duduk diam. Makan di Kenny Rogers pun berjalan aman tenteram. Zafir pun senang karena dia punya banyak space untuk dia sendiri. Aku pun tidak perlu tiap detik melihat gerak-gerik Zafir. Zafirnya bukan duduk diam, dia tetap lasak tapi tetap di sekitaran tempat duduk kami. Aku pun bisa aman makan dan menyuapi Zafir. Sebuah pengalaman pertama yang menarik untukku dan perlu aku lakukan lagi ke depannya. Mungkin lain kali, aku keluar berdua saja dengan abangnya Zafir. Anggap saja sebagai bonding time dengan anak.

Thursday, October 26, 2017

Solo Traveling Sambil Mengantar Anak #2

Di posting sebelumnya, aku bercerita tentang pengalaman mengantar anak pulang ke Banda Aceh. Kali ini aku mau bercerita tentang pengalaman menjemput anak di Banda Aceh dan menghabiskan dua malam di Banda Aceh.

Setelah hampir dua minggu Rayyan di Banda Aceh, saatnya aku kembali ke sana untuk menjemput Rayyan. Bang Fahmi dan Zafir mengantarku ke KL sentral. Kemudian aku menaiki bus ke KLIA2. Sesampainya di KLIA2, aku segera masuk ke ruang boarding karena tidak ada bagasi. Sesampai di sana, aku hanya duduk-duduknya saja sambil main handphone menunggu dibukanya ruang boarding untuk kami. Kembali lagi menjalani sensasi solo traveling di mana aku bisa sesuka hati aku, duduk santai memandang di luar jendela melihat pesawat dan juga petugas airport yang sibuk dengan kerja masing-masing di lapangan luar bangunan. Aku juga bisa memperhatikan penumpang lain yang berusaha mengisi waktu sambil menunggu waktu boarding tiba. Satu hal saja yang aku belum berani lakukan yaitu menyapa orang yang tidak aku kenal sambil mengajak ngobrol atau basa-basi.

Begitu waktu boarding sampai, aku pun masuk menunggu di dalam ruangan. Ketika petugas airport mengisyaratkan waktu untuk masuk ke dalam pesawat telah tiba, aku pun masih duduk santai saja. Karena sendirian, ya tidak masalah kalau masuk pesawat di urutan terakhir. Tak lama aku pun berdiri dan antri untuk masuk ke pesawat. Aku dapat tempat duduk di area belakang di dekat jendela. Dalam waktu 60 - 80 menit, pesawat pun mendarat di Sultan Iskandar Muda International Airport.

Seperti biasa, Bapakku yang menjemput disertai dengan Rayyan dan Faris. Kami langsung menuju rumah untuk beristirahat. Aku tidak terlalu ingat apa yang aku lakukan sampai waktu berbuka puasa. Rasanya hanya beristirahat di rumah. Menjelang sore, kami pergi ke pasar aceh untuk satu keperluan yang aku tidak ingat. Saat menuju pulang, aku membeli timun aceh yang hanya ada orang jual pada saat puasa saja. Tidak tanggung-tanggung, aku beli banyak karena aku memang sangat suka.

Menjelang berbuka puasa, Rina dan suaminya pun sampai di Banda Aceh dari Lhokseumawe. Kami berbuka beramai-ramai sambil duduk lesehan di samping ruang makan. Faris juga ikut berbuka puasa di rumah. Sungguh momen-momen yang sangat berharga untuk dikenang. Semenjak kami semua kuliah, bekerja dan merantau jauh dari rumah, momen berbuka puasa beramai-ramai seperti ini menjadi sesuatu yang sangat langka. Aku bertanya kepada Habsah, sepupuku, yang memang tinggal di rumah bersama orang tuaku, "kalau kami ga ada, gimana, Habsah, suasana berbuka puasa?" Habsah pun menjawab, "Ya sepi lah kak Rini, cuma kami bertiga aja". Di satu sisi, jadi sedih juga memikirkan orang tuaku. Dalam hati ini, aku jadi semakin semangat untuk berniat pulang ke Banda Aceh setiap bulan puasa untuk dua atau tiga malam saja jikalau kami tidak berkesempatan untuk berlebaran di kampung.

Selesai berbuka puasa, aku pun memutuskan untuk beristirahat saja di rumah. Rina pun juga sama. Kami pun ngobrol aja di tingkat dua rumah. Rayyan pun juga tidak mau ikut tarawih. Lama juga kami ngobrol ngalur ngidur ke berbagai topik dengan Rina. Kalau aku tidak salah, kami baru tidur pada saat menjelang sahur. Tapi kami tetap terbangun juga pada saat sahur.

Di hari kedua, aku pun menghabiskan waktu pagi hanya di rumah saja. Aku sudah memberitahu Mama kalau hari ini kami akan berbuka puasa di luar bersama teman-teman SMA dulu. Saat siang, aku pun ikut Rina dan Habsah ke Pasar Aceh untuk menukar baju koko Bang Jufni, suami Rina, yang kekecilan. Kalau dikutkan hati, rasanya malas sekali keluar panas-panas begini saat bulan puasa. Tapi karena sayang saja waktu dihabiskan di rumah, aku pun ikut mereka. Sesampai di pasar aceh, aku pun menyempatkan untuk membeli beberapa barang seperti anak jilbab, jilbab dan juga lipstik. Itu pun di tempat yang sama koko tersebut dibeli. Setelah selesai urusan, kami pun langsung pulang ke rumah untuk bersiap-siap pergi ke tempat acara berbuka puasa dibuat.

Menjelang berbuka puasa, kami pun sampai di lokasi tempat berbuka puasa bersama teman-teman cewek dari SMA, tepatnya MAS Ruhul Islam Anak Bangsa. Sore itu kami berbuka puasa di sebuah restaurant yang bernama The Pantry yang berada di Banda Aceh. Cukup menyenangkan juga pertemuan kami saat itu. Saling menanyakan kabar masing-masing serta menghitung jumlah anak untuk yang sudah menikah dan punya anak hahaha. Tak lama, azan maghrib pun berkumandang, suasana riuh tiba-tiba menjadi sedikit senyap karena semua sibuk mencicipi hidangan berbuka puasa yang sudah dipesan. Makanan utamanya kali ini agak sedikit mengecewakan karena sudah dingin sekali saat kami sampai. Nasinya bahkan sudah agak sedikit keras. Minumannya yang bikin puas karena diberikan hingga empat macam minuman untuk setiap orang. Gorengannya juga lumayan enak menurut aku sih yang sudah lama tidak mencicipi gorengan ala Indonesia. Tapi ya aku tidak terlalu mengeluh juga sih. Dalam suasana berbuka puasa yang tempat makannya penuh sekali dengan orang-orang, perkara yang sedikit mustahil untuk menghadirkan makanan yang fresh dan hangat seperti baru siap dimasak untuk semua orang yang berbuka disitu. Toh, seperti kata kembaranku, kenikmatan utama bukan terletak pada makanannya tapi pada suasana meriah berbuka puasa di tempat keramaian. Kalau mau makanan super enak dan fresh, masakan homemade di rumah sendiri pastilah menjadi pilihan utama.

Acara berbuka malam itu kami akhir dengan berfoto bareng di dalam restauran yang dekorasinya keren serta, mengambil istilah yang lagi booming di Indonesia, kekinian.....