Pages

Thursday, September 2, 2010

Beginilah kehidupan berumahtangga

Dua tahun pertama pernikahan, terasa begitu santai dan tanpa beban. Semuanya serba happy-go-lucky, begitu istilahnya. Jarang sekali memikirkan serius tentang keuangan rumah tangga, pokoknya jaranglah memikirkan yang berat-berat. Rezeki alhamdulillah mudah, keluarnya juga mudah hehehehe. Menabung pun masih ogah-ogahan hehehe lagi. Padahal sudah dapat wejangan dari Abang dan Kakak sepupu suami yang sudah lebih dulu punya pengalaman berumahtangga, "Masa-masa berdua, saat anak masih belum ada, itulah saatnya kalian menabung sebanyak mungkin, hidup cermat dan hemat. Ketika sudah ada anak, pengeluaran bisa membengkak berlipat-lipat, ada saja yang harus dibeli, ada saja pengeluaran ini dan itu". Saat ini kami mendengarkan dengan sungguh-sungguh nasehat dari abang dan kakak kami itu. Kami setuju sekali dengan beliau-beliau dan nasehat beliau sangat masuk akal. Tapi apalah daya, nasehat itu bagaikan masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Kami kembali ke kehidupan rumah tangga yang santai, tanpa beban dan Happy-Go-Lucky.

Setelah genap dua tahun lebih sedikit, kami mendapat anugerah dari Allah SWT, anak laki-laki yang lucu dan sehat, Alhamdulillah. Sejurus Muhammad Aqsa Rayyan lahir, saat itulah kami mulai panik memikirkan biaya ini dan biaya itu. Rencana semula ingin melahirkan hemat dan murah meriah dengan melahirkan secara normal, dengan bidan dan di puskesmas tempat sang bidan praktek, akhirnya karena kandungan sudah pecah ketuban saat usia 8 bulan, aq melahirkan secara caesar, dengan dokter spesialis kandungan, dan di Rumah Sakit Bersalin Swasta. Bayangkan saja, berapa beda biaya antara keduanya. Manusia memang hanya bisa berencana, Allah juga yang menentukan, itu pelajaran yang harus diambil.

Setelah genap 9 bulan usia Rayyan, sepanjang 9 bulan ini, semakin membuktikan, bahwa nasehat Abang dan Kakak sepupu suamiku itu, memang benar adanya. Setelah memiliki anak, ada saja berbagai keperluan yang harus disediakan. Setelah adanya Rayyan, barulah kami mulai membicarakan dengan serius tentang bagaimana mengelola keuangan rumah tangga. Kami masih harus sering mencari informasi, banyak membaca dan belajar tentang bagaimana dengan pemasukan dari kami yang terbatas, tp tetap bisa memenuhi kebutuhan rumahtangga, dan yang paling utama adalah, masih tetap bisa untuk menabung demi masa depan anak kami. Ups, ada satu lagi, dengan pemasukan kami yang terbatas, harus tetap bisa menyisihkan sebagian rezeki untuk mengeluarkan zakat.

katanya sih, kuncinya adalah bersifat Qana'ah, artinya "merasa cukup". Kelihatannya mudah ya tapi prakteknya susah sekali. Setiap saat, rasanya uang yang ada serasa tidak pernah cukup. Selalu ada rasa khawatir kehabisan uang. Saat emergency, tabungan kami kosong. Hmmm, sejujurnya, setelah punya anaklah, baru aq merasakan yang begini. Mau beli ini dan itu, mikir-mikir dulu. Kacamata aku saja yang sudah berumur 3 tahun lebih, yang sudah mau almarhum, yang sudah dari berbulan-bulan yang lalu pengen aq ganti, akhirnya aq kuatkan diri, untuk tunggu gajian bulan ini baru ganti. Jangan pake uang tabungan, harus ditahan nafsu untuk belanja.

Kembali ke perkataan Qana'ah tadi. Maksudnya lebih kurang begini, kalau kita tidak pernah merasa cukup dengan apa yang ada, dengan gaji RM1000 perbulan ataupun RM5000 perbulan, tetap saja kita merasa uang tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dulu gaji RM1000, ludes tiap akhir bulan, sekarang gaji RM5000, kok juga tetap habis ya tiap bulan. Begitu lah kira2, semakin banyak gaji, sepertinya semakin banyak juga pengeluaran heheheh. Dan kita tetap ngerasa, uang tidak cukup untuk ini dan itu. Akhirnya selalu mengeluh tidak punya uang.

Ah, ternyata begitulah kehidupan berumahtangga. Sampai sekarang pun aku masih belajar dan mengakui, masih banyak sekali hal-hal yang harus dipelajari........

0 comments: