Pages

Monday, August 28, 2017

Balada Sebuah Garlic Press

Suatu hari aku menonton video masak-masaknya Mbak Nikmatul Rosyidah di YouTube. Saat itu aku melihat Mbak Nikmatul memakai sebuah gajet dapur bernama garlic press. Dengan alat itu, memudahkan proses memasak yang memerlukan bawang putih yang udah diulek. Aku langsung kepengen punya juga. Sebagai seseorang yang maunya beli barang bagus dengan harga murah, maka aku langsung memutuskan untuk mencari alat tersebut di kedai pecah belah murah meriah yang banyak dijumpai di Kuala Lumpur ini. Aku sering menyebut kedai tersebut sebagai kedai 3 ringgit.

Di kawasan gombak ini saja, ada dua tempat serupa. Tempatnya hanya berupa kedai super besar seperti gudang yang beratap seng dan berlantaikan semen bahkan ada yang berlantaikan tanah tidak rata yang ditutupi karpet plastik. Segala pernah pernik dapur atau rumah ada dijual dengan harga yang sangat murah sekali.

Di akhir pekan, aku pun pergi kedai pecah belah yang berada di dekat pasaraya Ong Tai Kim dekat Plaza Idaman. Setelah berkeliling, aku menemukan juga sebuah alat yang mirip Garlic Press yang kucari. Hanya tinggal dua saja dan tempatnya pun bercampur dengan alat-alat yang lain. Penampakan awal alat tersebut sama sekali tidak meyakinkan dari segi kualitas. Terlihat seperti lelehan alumunium kasar. Aku pun ragu-ragu untuk membelinya. Tapi karena sudah terlalu pengen punya dan harganya hanya RM6.9, maka langsung aku sambar.

Sesampai di rumah, aku pun tak sabar untuk segera mengupas seulas bawang putih. Saat aku mecoba sekuat tenaga menekan alat tersebut untuk mendapatkan hasil ulekan bawang putih, tiba-tiba alat itu patah. Aku terkejut, ya ampun, masa patah sih. Benar-benar gajet sampah nih. Singkat cerita, aku pun membawa kembali alat yang sudah patah itu ke kedai. Tapi si kasir bilang kalau alatnya rusak di rumah, ya alat tersebut ga bisa ditukar kecuali udah patah di kedai. Aku terbengong sebentar melihat alasan tersebut. Jadi begitu mungkin ya para pembuat alat-alat murahan seperti itu mendapatkan untung. Mereka tau aja kalau alat tersebut hanya sampah saja dan sama sekali ga bisa dipakai. Sengaja mereka jual murah saja biar orang beli. Kalau rusak pun, karena murah, yang beli juga ga ngerasa rugi-rugi amat. Kalau mau tukar pun, mereka bisa bikin alasan seperti yang si kasir bilang ke aku. Ini jadi pelajaran deh buat aku untuk tidak membeli alat-alat dapur yang terlalu murahan.

Keinginan untuk memiliki sebuah Garlic Press masih belum padam. Sifat pelit (baca: hemat) masih melanda jadi aku pun melangkah ke kedai serupa yang ada di Greenwood. Masih berharap mendapatkan dengan harga murah. Setelah mencari, dapatlah sebuah alat serupa seharga RM12.9. Alatnya terlihat lebih berkualitas dan harga juga tidak mahal. Aku pun segera membelinya. Sama seperti kisah diatas, sesampai di rumah, aku tidak sabar untuk segera mencobanya. Saat aku coba, alatnya memang tidak patah, tapi bawang putihnya tidak menjadi halus seperti yang aku bayangkan. Hanya sebagian kecil dari bawang putih tersebut yang halus sedangkan sisanya masih ada di dalam alat tersebut. Seberapa kerasnya pun aku tekan alat tersebut, si bawang putih tetap terperangkan di dalamnya utuh. Untuk kedua kalinya aku kecewa dengan Garlic Press yang aku beli.

Tak lama setelah itu, aku langsung berpikir untuk mencari Garlic Press di toko ke tiga yang sebelumnya memang sudah ada di dalam pikiran aku. Tepatnya di Pasaraya AEON Wangsamaju. Pasaraya AEON ini kalau tidak salah pasaraya franchise dari Jepang. Pasarayanya ada di dalam sebuah mall kecil bernama AEON juga. Di situ juga banyak alat-alat dapur keren dalam mall. Sebelumnya aku sudah sering juga sih beli-beli barang dapur yang keren dan berkualitas di situ kalau penyakit pelit lagi ga kumat. Harga alat-alat dapur disitu pastinya memang lebih mahal daripada di kedai 3 ringgit itu. Tapi selama ini sih kualitas yang aku dapatkan memang tidak mengecewakan sama sekali. Aku harus sekali lagi mencari waktu untuk kesana.

Beberapa hari kemudian, saat aku di kantor dan bersiap-siap untuk pulang, suami mengirim pesan whatsapp mengabarkan kalau dia dan Rayyan akan pergi menonton bola di Selayang bersama kawannya dan pergi sebelum maghrib. Aku pun langsung berpikir ini saatnya aku ke AEON karena tidak perlu memasak untuk makan malam. Aku pun langsung pulang dengan hati berbinar-binar. Sebelumnya ke AEON, aku menjemput Zafir dahulu di IIUM EDUCARE. Dari sana, kami pun langsung meluncur ke AEON Wangsamaju yang tidak seberapa jauh. Akan tetapi, karena aku memilih untuk ke AEON melalui jalan kampung, kami pun terjebat macet di kawasan persekolahan Gombak Setia. Banyak mobil-mobil berparkiran sambil menjemput anak-anak pulang sekolah. Tiba di kawasan LRT Taman Melati, kami kembali terjebat macet mobil-mobil yang parkir di sekitar LRT yang juga menjemput teman/istri/anak/suami di LRT. Tapi hatiku masih berbinar-binar, jadi aku nikmati saja kemacetan sore hari ini.

Akhirnya sampai juga di AEON. Dari parkiran, aku dan Zafir menuju pasaraya AEON di tingkat 2. Sebelunya singgah dulu di Toko Bata untuk mencari sandal. Sudah lama juga aku mau membeli sandal baru untuk menggantikan sandal merahku yang sudah tua. Selepas dari Bata, aku juga singgah ke Guardian untuk mencari nail polish removal yang memang aku sedang cari karena punya yang lama ntah ada di mana dan aku sedang males untuk membongkar isi rumah. Setelah itu baru sampai di AEON. Aku langsung menuju ke arah alat-alat dapur kecil dan aku pun menjumpai Garlic Press yang kucari. Harganya hanya RM 19.9 saja ternyata. Dari luaran, terlihat alatnya itu sangat meyakinkan. Materialnya itu mengkilat seperti stainless steel. Tapi aku masih sedikit pesimis karena harganya juga tidak terlalu beda jauh dengan alat nomor dua yang kubeli. Aku segera ke kasir untuk membayar.

Sebelum pulang, aku dan Zafir pun singgah ke Kenny Roger's untuk makan malam. Sambil makan, jujur saja kalau aku tidak sabar ingin mencoba alat tersebut. Dari dalam hati, kalau alat ini ternyata berfungsi sangat baik, harganya itu sama dengan total dua alat yang kubeli sebelumnya. Artinya, sifat pelitku ini sudah membuat aku rugi. Ingin hemat atapi malah akhirnya rugi. Setelah selesai makan, aku dan Zafir pun langsung pulang.

Sesampai di rumah, untuk ketiga kalinya, aku tak sabar untuk mencoba alat ini. Setelah mengupas seulas bawang putih yang kecil, aku pun segera memasukkan bawang putih ke alat tersebut dan aku tekan. Ternyata hasilnya sangat memuaskan sekali. Hasilnya persis ketika aku melihat video Mbak Nikmatul. Bawang putihnya menjadi halus. Aku segera mengupas bawang putih yang lebih besar dan mencobanya. Hasilnya tetap sama dan memuaskan. Alat itu bisa menghaluskan bawang putih seperti yang aku harapkan. Duh, senangnya luar biasa. Perjalanan panjang demi sebuah Garlic Press pun akhirnya berakhir. Mudah-mudahan alat itu bisa bertahan lama. Di sisi lain, aku menertawakan diriku sendiri dengan dua alat sebelumnya yang bikin kecewa.


0 comments: