Target aku adalah supaya Rayyan bisa bebas dari pampers sebelum ukuran pampersnya naik menjadi XXL. Alhamdulillah target bundanya tercapai. Ada cerita lucu mengenai target tersebut. Sebenarnya target tersebut hampir saja gagal karena aku berniat untuk membeli stok pampers XXL untuk Rayyan selama bulan Mei. Ceritanya sih aku sudah putus asa dan menyerah kalah dengan target awal. Berhubung pampers XLnya sudah mulai sempit, aku mau langsung membelikan ukuran XXL. Target itu jadi bisa tercapai karena si Ayah salah membeli ukuran pampers pesananku. Walaupun aku sudah bilang untuk membeli ukuran XXL, tapi si ayah malah tetap membeli ukuran XL. Awalnya niat mau tukar tapi berhubung stok pampers di rumah sudah tidak ada lagi dan aku juga malas harus kembali ke toko tempat beli, jadi aku putuskan untuk tetap pakai ukuran XL di bulan Mei. Pada bulan Mei ini, Rayyan sempat sakit demam lumayan parah sehingga tidak masuk sekolah selama seminggu lebih. Masa seminggu ini lah aku manfaatkan untuk kembali melakukan toilet training kepada Rayyan dan alhamdulillah berhasil. Awal-awalnya masih ada kebocoran baik di rumah atau di sekolah terutama untuk buang air besarnya. Tapi alhamdulillah, di awal bulan Juni ini, jumlah kebocoran pipis atau buang air besar baik di sekolah atau di rumah semakin menurun bahkan hampir tidak ada.
Pamper freenya masih 99 persen karena aku masih belum melakukan toilet training untuk tidur malam. Pada waktu malam, aku memang sengaja untuk tidak memakaikan pampers. Untuk menghindari bau pesing dikala ngompol, aku meletakan perlak anti bocor di kasur Rayyan. Baik aku dan Ayah Rayyan masih belum sanggup bangun di tengah malam untuk mengajak Rayyan pipis. Jadi ya untuk waktu tidur malam, kami biarkan saja Rayyan tanpa pampers dan merasakan sendiri ngompol. Yang paling penting, sebelum tidur kami mengajak Rayyan ke kamar mandi untuk pipis. Selama ini, kadang-kadang Rayyan ngompol dan kadang-kadang juga malah tidak ngompol. Jadi ya untuk waktu malam, kami melatih Rayyan secara pelan-pelan saja.
Tidak ada yang istimewa mengenai cara toilet training yang aku lakukan. Cara standard yang dilakukan para orang tua yang bisa kita dapatkan di internet kalau kita mengetik kalimat "toilet training". Pada awalnya, kita akan bawa si anak ke kamar mandi setiap setengah jam atau satu jam sekali atau bahkan 15 menit sekali, tergantung kuantiti pipisnya si anak. Kemudian ditambah lagi, mungkin setiap dua jam. Pokoknya si orang tua harus konsisten dengan jadwal yang ditetapkan. Kalau si anak sudah ada tanda-tanda mengejan mau buang air besar, segera dibawa ke kamar mandi dan didudukkan di kloset. Si orang tua tidak boleh lengah sama sekali. Siapkan 2-3 hari yang orang tua tidak melakukan kegiatan apapun selain toilet training. Kalau belum berhasil, dicoba lagi terus. Rasanya cara toilet training pada dasarnya seperti itu. Kemudian ditambah dengan kreativitas si orang tau dan tips-tips lainnya. Jadi, cara tersebut diatas aku lakukan sekitar 2-3 kali. Setiap sesi bisa sampai 1-2 minggu lamanya. Ternyata saat itu masih belum berhasil karena Rayyan belum dapat juga reflek untuk mengatakan mau pipis atau buang air besar kepadaku sebelum si pipis atau buang air besarnya keluar. Seperti yang aku bilang diatas, pas cara terakhir ini lah baru berhasil. Pertama kalinya di cara terakhir ini, Rayyan sudah bisa bilang ke aku kalau dia mau pipis dan pipisnya belum keluar.
Aku tulis pengalaman toilet training Rayyan supaya aku dan keluargaku kelak bisa kembali mengenangnya denagn membaca tulisan ini. Tanpa dicatat seperti ini, aku pasti akan lupa atau hanya ingat secara samar-samar....
1 comments:
kalo anakku bgt di dudukkan di wc, langsung nangis, teriak2....waduch....:(
Post a Comment